Selasa, 10 April 2012

KETATANEGARAAN DALAM PERSPEKTI USHUL FIQH Part 5


KETATANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF USHUL FIQH Part 5


ARTI MERDEKA

Sebagaimana telah dibahas,bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kemerdekaan, Islam itu liberal tapi bukan Libarilisme apalagi pengikut paham Liberalis. Apabila Konstitusi  Amerika Serikat yang dalam Pembukaanya mengandung ide kebebasan baru dibuat pada akhir abad ke-18 dan Konstitusi  Perancis dibuat enam tahun kemudian,maka Islam telah menggariskan  kebebasan individu,beragama,kebebasan politik dan berserikat dua belas abad sebelum kedua konstitusi itu dibuat.
Kebebasan itu bukan saja tertera secara tekstual dalam al-Qur’an dan Sunnah,bahkan telah dilaksanakan oleh para Khalifah empat pertama. Kebebasan beragama dijamin dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 256 :
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦)
256. tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Surat As-Syuro ayat 48 :
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ الإنْسَانَ كَفُورٌ (٤٨)
48. jika mereka berpaling Maka Kami tidak mengutus kamu sebagai Pengawas bagi mereka. kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami Dia bergembira ria karena rahmat itu. dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena Sesungguhnya manusia itu Amat ingkar (kepada nikmat).
Surat Al-Ghasyiyah ayat 21 :
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (٢١)
21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Surat Yunus ayat 99 :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (٩٩)
99. dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?
Surat al-Kafirun ayat 6 :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦)
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Adapun kebebasan berpoltik dapat dilihat dalam Perjanjian Hudaibiyah di zaman Nabi atau dalam Konstitusi Madinah. Dalam Konstitusi tersebut dinyatakan bahwa Kaum Muslimin dan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) menyatakan bahwa mereka sebagai umat yang satu (Ummatan Wahidah) di mana masing-masing pihak menganggap musuh,sebagai musuh bersama dan akan bersama-sama berpegang pada Konstitusi.
Dengan demikian adanya prinsip kebebasan di dalam Islam adalah semata-mata demi kemaslahatan dan kebaikan umat manusia itu sendiri...Karena prinsip ini hakikatnya mengandung arti pembebasan atau lepasnya manusia dari belenggu Hawa Nafsu dan Setan...Ketika manusia atau sebuah Pemerintahan masih bergumul (Mukholit) dengan Konsep Hawa Nafsunya,maka apa yang disebut dengan istilah Pemerintahan Bersih dan Berwibawa (Al-Malikul Quddus) hanyalah sekedar slogan di bibir saja (OMDO) alias Omong Doang...Sekalipun sejuta aturan dibuat-buat dan sejuta Perangkat dan Lembaga Hukum didirikan...Non Sen...Korupsi,Manipulasi tetap jalan teruuus.
 Firman Alloh dalam al-Qur’an Surat  al-Jaasyiyah ayat 23 :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣)
23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?


Dan Surat al-A’raaf ayat 176 :
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦)
176. dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Mari kita sedikit membahas istilah merdeka versi Indonesia yang merupakan terjemahan kata “Hurrun” atau “Hurriyah” ( isim masdar) dalam Bahasa Arab..Kata Merdeka berasal dari Bahasa Sansakerta terdiri dari dua suku kata; Mahara dan Dika. Mahara artinya menguasai, Dika artinya diri sendiri...Jadi manusia  merdeka adalah manusia yang mampu menguasai dirinya sendiri,begitu pula Bangsa yang Merdeka adalah bangsa yang bisa menguasai dan mengatur bangsanya sendiri tanpa adanya interfensi pihak-pihak lain atau bangsa lain apalagi campur tangan syetan...dan tentunya menjadi Tuan di Negeri sendiri bukan sebaliknya malah menjadi Budak di Negeri sendiri.
Kata merdeka ini sangatlah kental di telinga dan pendengaran kaum muslimin,karena merupakan salah satu pra-syarat sempurnanya ke-Islaman seseorang  dalam menjalankan tugas dan kewajiban agamanya (Hukum Taklifi)...Di dalam Islam,seorang Muslim akan merdeka dalam menjalankan keislamannya apabila telah sampai pada tingkatan Akil Balig (Mukallaf)...Akil artinya berakal sehat, Balig artinya sampai..Kata Balig ini merupakan (Kalimatut Tathbiq) kalimat praktis bukan kalimat teoritis (Kalimatut Tandhir),sebagaimana firman Alloh dalam al-Qur’an surat

 Al-Maa-idah ayat 67 :

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٦٧)

67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Artinya orang yang sudah balig maka alur hidupnya akan jelas dan terarah,jelas start dan finisnya dan jelas pula jarak dan waktu tempuhnya. Singkatnya orang balig pasti punya tujuan hidup...Dalam Islam balig  itu terbagi kepada tiga tingkatan :
1.      Balig Basyariyah (Balig Biologis) artinya sampai menurut ukuran usia.
2.      Balig Ilmiyah (Balig Logis) artinya sampai berdasarkan ilmu.
3.      Balig Nafsiyah (Balig Psikologis) artinya sampai kejiwaannya.
Dengan demikian standar keislaman seseorang bukan diukur oleh islam turunan (Asolah) atau bukan turunan (Mualaf),dan bukan pula diukur oleh senior dan juniornya, Islam tidak mengenal senioritas dan junioritas tapi Islam sangat menghargai jasa orang-orang terdahulu (Assabiqunal Awwalun)... Yang menjadi barometernya adalah tingkat pencapaian seseorang terhadap ketiga faktor tersebut, faktor usia,faktor ilmu dan faktor kejiwaan. Ketiga faktor ini merupakan bagian integral yang tidak boleh terpisahkan dan harus secara utuh melekat pada diri manusia yang merdeka.
Suatu hal yang sangat logis ketika Alloh mengangkat Muhammad bin Abdulloh sebagai Nabi juga Rosul, begitupula umumnya para Nabi dan Rosul pada usia 40 tahun,karena tingkat kesadaran,kematangan dan keseimbangan seorang manusia baru sampai pada usia ini...

Alloh SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Ahqaaf ayat 15 

 وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (١٥)



15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".

Dan Surat Al-Hijr 29 :
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٢٩


29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Fungsi Merdeka
1. Menguasai diri
2. Mawas diri
3. Percaya diri
4. Mandiri.

Wasalam
Ust.Ucu Suryadin,Sag.
http://nurulhudajagonyasikembar.blogspot.com
http://sultanalamsyah47.wordpres.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar